ASKEP
DIABETES INSIPIDUS
A.
Pengertian
Diabetes Insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan
hormon antidiuretik (vasopresin), hormon yang secara alami mencegah
pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Diabetes insipidus merupakan
kelainan lobus posterior dari kelenjar hipofisis akibat defisiensi vasopresin
yang merupakan hormon anti deuretik (ADH). Hal lain penyebab diabetes insipidus
yaitu karena sebab sekunder sekunder seperti trauma kepala, tumor otak,
atau bedah ablasi atau radiasi dari kelenjar pituitari. Hal ini juga dapat
terjadi karena infeksi sistem saraf pusat (meningitis, ensefalitis,
tuberkulosis) atau tumor (misalnya, penyakit metastatik, limfoma dari payudara
atau paru-paru). Penyebab lain diabetes insipidus adalah kegagalan tubulus
ginjal untuk menanggapi ADH, bentuk nephrogenik mungkin berhubungan dengan
hipokalemia, hiperkalsemia, dan berbagai obat-obatan misalnya, lithium,
demeclocycline.
Diabetes insipidus diakibatkan oleh berbagai penyebab yang
dapat mengganggu mekanisme neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan
kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Diabetes insipidus terbagi 2 macam,
yaitu diabetes insipidus sentral (CDI) dan diabetes insipidus nefrogenik (NDI).
(Smeltzer et al, 2004).
B. Etiologi
Berikut ini adalah beberapa penyabab terjadinya diabetes
insipidus (Batticaca, 2008) :
1.
Diabetes Insipidus Central atau Neurogenik.
o Bentuk idiopatik (bentuk nonfamiliar
dan familiar)
o Pasca hipofisektomi
o Trauma (fraktur dasar tulang
tengkorak)
o Tumor ( Karsinoma metastasis,
kraniofaringioma, kista suprasellar, pinealoma)
o Granuloma (sarkoid, TB, sifilis):
Infeksi (meningitis, ensefalitis, sindrom
Lemdry-Guillain-Barre's; Vaskular (trombosis atau perdarahan serebral,
aneurisma serebral, nekrosis postpartum atau sindrom Sheehenis; Mistiositosis
(granuloma cosinofilis, penyakit Sebuler-Christiem)
2.
Diabetes insipidus Nephrogenik
Ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon antidiuretik
sehingga ginjal terus-menerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang
encer.Pada diabetes insipidus lainnya, kelenjar hipofisa gagal menghasilkan
hormon antidiuretik. Diabetes Insipidus Nefrogenik dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:
o Penyakit ginjal kronik: ginjal
polikistik, medullary cystic disease, pielonefretis, obstruksi ureteral, gagal
ginjal lanjut.
o Gangguang elektrolit: Hipokalemia,
hiperkalsemia.
o Obat-obatan: litium, demoksiklin,
asetoheksamid, tolazamid, glikurid, propoksifen.
o Penyakit sickle cell
o Gangguan diet (intake air yang
berlebihan, penurunan intake NaCl, penurunan intake protein)
C.
Tanda dan gejala
ü Poliuria : Urin yang dikeluarkan
dalam jumlah yang banyak, bias mencapai 5-10 liter. Urine sangat encer, berat
jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.
ü Polidipsia : Rasa haus yang
berlebihan, biasanya mencapai 10 liter cairan tiap hari, terutama membutuhkan
air dingin
ü Penurunan berat badan
ü Noturia
ü Kelelahan
ü Konstipasi
ü Hipotensi
D. Patofisiologi
Suatu keadaan yang ditandai dengan berkemih berlebihan
(poliuria) akibat ketidakmampuan ginjal menyerap air dengan benar dari urine,
disebabkan oleh defisiensi ADH (Anti Deuretik Hormon). Keadaan ini terjadi oleh
beberapa proses, termasuk trauma kepala, tumor, penyakit peradangan hipotalamus
dan hipofisis serta tindakan bedah yang mengenai hipotalamus dan hipofisis.
Penyakit ini juga dapat timbul spontan tanpa penyakit yang mendasari (Kumar,
2010:1187).
Secara patogenesis diabetes insipidus dibagi menjadi dua
jenis, yaiu diabetes insipidus sentral dan diabetes insipidus nefrogenik
(Sjaifoellah Noer, 1996:816).
1. Diabetes insipidus sentral
Diabates tipe ini disebabkan oleh kegagalan pelepasan ADH
yang secara fisiologi dapat merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan.
Secara antomis, kelainan ini terjadi akibat kerusakan nukleus supraoptik,
paraventrikuer dan filiformishipotalamus yang menyintesis ADH. Selain itu, DIS
(Diabetes Insipidus Sentral) juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH
akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisis posterior di mana ADH
disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Secara biokimiawi, DIS terjadi karena tidak adanay sintesis
ADH, atau sintesis ADH yang tidak memenuhi kebutuhan, atau kuantitatif cukup
tapi bukan merupakan ADH yang dapat berfungsi sebagaimana ADH normal.
Diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kerusakan
osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus anterior dan disebut Verney’s
osmoreceptor cells yang berada di luar sawar darah otak, juga termasuk
dalam DIS (Sjaifoellah Noer, 1996:816).
2.
Diabetes insipidus nefrogenik
Pada diabetes insipidus yang tidak respon terhadap ADH
eksogen digunakan istilah Diabetes Insipidus Nefrogenik (DIN) (Sjaifoellah
Noer, 1996:817). Secara fisiologis, DIN dapat disebabkan oleh:
o kegagalan pembentukan dan
pemeliharaan gradient osmotik dalam medula renalis.
o kegagalan utilisasi gradient pada
keadaan saat ADH berada dalam jumlah yang cukup dan berfungsi normal
(Sjaifoellah Noer, 1996:817).
Secara normal, permeabilitas tubulus distal dan collecting
duct terhadap air akan ditingkatkan oleh ADH yang kemudian dapat berdifusi
secara pasif akibat adanya perbedaan konsentrasi. Maka jika terdapat ADH dalam
sirkulasi, bisa terjadi difusi pasif yang kemudian air keluar dari tubulus
distal sehinggaterjadi keseimbangan osmotik antara isi tubulus dan korteks
yang isotonis. Sejumlah kecil urin yang isotonis memasuki collecting
duct dan melewati medula yang hipertonis karena ADH juga mengakibatkan
keseimbangan osmotik antara collecting duct dan jaringan interstisial
medula, maka air secara progresif akan direabsorbsi kembali sehingga terbentuk
urin yang terkonsentrasi (Sjaifoellah Noer, 1996:818).
Pada kegagalan sekresi ADH, struktur tubulus distal tidak
permeabel terhadap air, sehingga saat urin yang hipotonis melewati tubulus
distal, ion natrium akan lebih banyak dikeluarkan yang berakibat penurunan
osmolalitas atau kekentalan urin. Kemudian, urin yang sangat hipotonis memasuki
collecting duct yang juga relatif tidak permeabel (karena ADH menurun)
sehingga memungkinkan ekskresi sejumlah besar urin (Sjaifoellah Noer,
1996:818).
Gambaran klinis kedua penyakit ini serupa yang menyebabkan
ekskresi sejumlah besar urin encer dengan berat jenis rendah. Natrium dan
osmolalitas serum meningkat akibat hilangnya air bebas dalam jumlah besar
melalui ginjal, sehingga pasien merasa haus dan mengalami polidipsia. Pasien
yang dapat minum biasanya dapat mengompensasi pengeluaran urin,. Pasien yang
kesadarannya berkurang, tidak dapat turun dari dari tempat tidur atau terbatas
kemampuannya memperoleh air dapat mengalami dehidrasi dan mengancam nyawa
(Kumar, 2010:1187).
E. Menifestasi klinis
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria
dan polidipsia. Jumlah cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam
sangat banyak, dapat mencapai 5 – 10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya
sangat rendah, berkisar antara 1001 – 1005 atau. Penurunan osmolaritas urine
< 50-200m. Osm/kg berat badan, Peningkatan osmolaritas serum > 300
m. Osm/kg. Selain poliuria dan polidipsia, biasanya tidak terdapat gejala
–gejala lain kecuali jika ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya gangguan
pada mekanisme neurohypophyseal renal reflex. (Sudoyo, 2006).
Jika merupakan penyakit keturunan, maka gejala biasanya
mulai timbul segera setelah lahir. Gejalanya berupa rasa haus yang berlebihan
(polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang encer (poliuri). Bayi
tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami dehidrasi.
Bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang.
Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak,
sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang
juga akan menghambat perkembangan fisik. (Sudoyo, et al: 2006)
F. Pemeriksaan diagnostik
ü Hickey-Hare atau Carter-Robbins test
ü Fluid deprivation
ü Uji nikotin
ü Uji vasopressin
G. Komplikasi
ü hypovolemia
ü Hyperosmolality
ü Cyrculatory collapse
ü Kehilangan kesadaran
ü Kerusakan sistem saraf pusat
Pemeriksaan
penunjang
1. Uji
nikotin
2. Uji
vasopressin
H. Penatalaksanaan.
Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan
gejala yang ditimbulkan pada pasien DIS dengan mekanisme rasa haus yang utuh
tidak diperlukan terapi apa-apa selama gejala nokturia dan poliuria tidak
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari, tetapi pasien dengan gangguan pada
pusat rasa haus diterapi dengan pengawasan yang tepat untuk mencegah terjadinya
dehidrasi.
Obat-obatan
yang biasa dipakai adalah :
a. Diuretik-Tiazid
b. Klopropamid
c. Klofibrat
d. Karbamazepin
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Keperawatan
a. Riwayat trauma kepala, pembedahan
kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat, infeksi kranial, tumor
paru, mamae, riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit
yang sama.
b. Pemeriksaan fisik Gastro intestinal
: polidipsi, BB turun Kardiovaskular : tanda dehidrasi( nadi cepat, TD turun,
dll) Respirasi : tanda dehidrasi ( napas cepat, pucat ) Renal : poliuria 5-30
lt/hari, sering berkemih, nocturia Integumen: membran mukosa dan kulit kering,
turgor tidak elastic
c. Pemeriksaan penunjang: Hiperosmolar
serum Hipoosmolar urine BJ urine kurang dari 1.005 Gangguan elektrolit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan
dengan diuresis osmotic.
b. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nocturia.
c. Anxietas berhubungan dengan
perkembangan penyakit
d. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi.
3. Intervensi
Dx 1. Defisit volume cairan tubuh
berhubungan dengan diuresis osmotic
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
NOC
: Fluid balance
Criteria
hasil :
a. Mempertahankan urin output sesuai
dengan usia dan BB, BJ urin normal
b. TTV dalam batas normal.
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kuit baik, membrane mukosa lembab,tidak
Skala penilaian NOC :
1. tidak
pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
NIC
: Fluid management
Intervensi
:
a. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
b. Monitor status hidrasi (kelembaban
membrane mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik)
c. Monitor Vital sign
d. Monitor masukan makanan/cairan dan
hitung intake kalori harian
e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
f. Dorong masukan oral
Dx. 2. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nocturia.
Tujuan
: seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur pasien tidak
terganggu.
NOC :
Sleep
Criteria hasil :
1. Jam tidur cukup
2. Pola tidur baik
3. Kualitas tidur baik
4. Tidur tidak terganggu
5. Kebiasaan tidur.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
Criteria hasil :
1. Jam tidur cukup
2. Pola tidur baik
3. Kualitas tidur baik
4. Tidur tidak terganggu
5. Kebiasaan tidur.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
NIC :
Peningkatan tidur
Intervensi :
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.
3. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.
4. Anjurkan pasien untuk tidur siang.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Intervensi :
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.
3. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.
4. Anjurkan pasien untuk tidur siang.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Dx. 3. Anxietas berhubungan dengan
perkembangan penyakit
Tujuan
: setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas pasien dapat
berkurang.
NOC :
Control cemas
Indikator :
1. Monitor intensitas cemas
2. Menyingkirkan tanda kecemasan
3. Merencanakan strategi koping
4. Menggunakan strategi koping yang efektif
5. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Indikator :
1. Monitor intensitas cemas
2. Menyingkirkan tanda kecemasan
3. Merencanakan strategi koping
4. Menggunakan strategi koping yang efektif
5. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
NIC
: Penurunan kecemasan
Intervensi
:
1. Tenangkan klien
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan
kapada kien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat dilakukan tindakan.
3. Berikan informasi tentang diagnosa,
prognosis dan tindakan.
4. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi
fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal)
5. Instruksikan pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi.
Dx. 4. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan pasien menjadi
adekuat.
NOC :
Pengetahuan tentang proses penyakit
Indicator :
1. Mendeskripsikan proses penyakit
2. Mendeskripsikan factor penyebab
3. Mendeskripsikan factor resiko
4. Mendeskripsikan tanda dan gejala
5. Mendeskripsikan komplikasi
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Indicator :
1. Mendeskripsikan proses penyakit
2. Mendeskripsikan factor penyebab
3. Mendeskripsikan factor resiko
4. Mendeskripsikan tanda dan gejala
5. Mendeskripsikan komplikasi
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
NIC
: Mengajarka proses penyakit
Intervensi
:
1. Mengobservasi kesiapan klien untuk
mendengar (mental, kemampuan untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional,
bahasa dan budaya)
2. Menentukan tingkat pengetahuan klien
sebelumnya.
3. Menjelaskan proses penyakit
(pengertian, etiologi, tanda dan gejala)
4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
dapat mencegah atau mengontrol proses penyakit.
5. Diskusikan tentang terapi atau
perawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar