Halaman

Jumat, 22 November 2013

askep Sindrom Chusing

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Definisi Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam urin secara bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus1. Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal. Insiden tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki dibanding dengan perempuan adalah 2:12.

B.     Etiologi Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi menjadi berikut2 :a.Sindrom Nefrotik Bawaan
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom menyebabkan sindrom nefrotik.
  •  Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling sering sindrom nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi keganasan penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik seperti3 :
  • Glomerulonefritis primer
1)      Glomerulonefritis lesi minimal
2)      Glomerulosklerosis fokal
3)      Glomerulonefritis membranosa
4)      Glomerulonefritis membranoproliferatif
5)      Glomerulonefritis proliferatif lain
  • Glomerulonefritis sekunder
1)      Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma, TBC, Lepra
2)      Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, mieloma multipel, dan karsinoma ginjal.
3)      Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus sistemik, artritis reumathoid, MCTD
4)      Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril, heroin.
5)      Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesicoureter, atau sengatan lebah
  • Sindrom Nefrotik Idiopatik
Sindrom nefrotik yang belum diketahui jelas sebabnya.

C.    Patofisiologi
 
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi seng.

D.    Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut5 :
  1. Kenaikan berat badan
  2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
  3. Pembengkakan abdomen (asites)
  4. Efusi pleura
  5. Pembengkakan labia atau skrotum
  6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
  7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
  8. Iritabilitas
  9. Mudah letih
  10. Letargi
  11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
  12. Rentan terhadap infeksi
  13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih
E.     Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi1,2,4 :
  1. Hipovolemi
  2. Infeksi pneumokokus
  3. Emboli pulmoner
  4. Peritonitis
  5. Gagal ginjal akut
  6. Dehidrasi
  7. Venous trombosis
  8. Aterosklerosis

F.     Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik sebagai berikut2 :
  1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
  2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.
  3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney Disease in Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
  4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
  5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.

G.    Pengkajian

  1. Identitas
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada  usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.
  • Keluhan Utama
Badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun
  • Riwayat Penyakit Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis, terpapar bahan kimia.
  • Riwayat Penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
  • Riwayat kesehatan Keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
  • Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus sindrom nefrotik sebagai komplikasi dari penyakit malaria.
  • Riwayat Nutrisi
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).

2. Pengkajian Kebutuhan Dasar
  • Kebutuhan Oksigenasi
Dispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura. Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Nadi 70 – 110 X/mnt.
  1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri daerah perut, malnutrisi berat.
  1. Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih.
  1. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan). Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.
  1. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
  1. Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap pemikiran prakonseptual ditandai dengan anak-anak menilai orang, benda, dan kejadian di luar penampilan luar mereka.
  1. Kebutuhan Kenyamanan
Sakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya asites.
  1. Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama di rumah sakit mungkin dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
  1. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan keluarga tentang diet pada anak dengan sindrom nefrotik, pertumbuhan dan perkembangan anak, serta proses penyakit dan penatalakasanaan.
  1. Kebutuhan Komunikasi
Anak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Kosakata sudah mulai meluas, kalimat kompleks sederhana tapi dipahami. Untuk usia 3 tahun, komunikasi lebih sering berbentuk simbolis.
  1. Kebutuhan Seksualitas
Anak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender. Anak mulai menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi tubuh mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka.
  1. Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pada anak usia pra sekolah sudah mulai terbentuk dengan anak mengetahui tentang identitas dirinya.
  1. Kebutuhan Rekreasi
Anak yang mengalami hospitalisasid alam waktu lama akan mengalami kejenuhan. Kebiasaan yang sering dilakukan mungkin berubah pada saat anak hospitalisasi.
  1. Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orangtua.
  1. Pengkajian Fisik
    1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.
  1. Pemeriksaan Mata
Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
  1. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
  1. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
  1. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat.
  1. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.
  1. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
  1. Pemeriksaan Paru
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan ekspansi paru sama atau tidak.
  1. Pemeriksaan Abdomen
Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali.
  1. Pemeriksaan Genitalia
Pembengkakan pada labia atau skrotum.
  1. Pemeriksaan Ektstrimitas
Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit, dan tangan.
  1. H.    Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin2.
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan berdasarkan indikasi yang kuat3.
  1. I.       Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anak dengan sindrom nefrotik adalah sebagai berikut8 :
  1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (00026).
  2. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).
  3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).
  4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).
  5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing, malaise (00214).
  6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status cairan, penurunan sirkulasi (00046).
  7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder : imunosuprsi, malnutrisi (00004).
  8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual : penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).
  9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).
  10. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).
  1. J.      Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut9,10 :
  1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (00026).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan volume cairan tercapai dengan kriteria hasil :
  1. Tidak ada edema
  2. Berat badan stabil
  3. Intake sama dengan output
  4. Berat jenis urin atau hasil laboratorium mendekati normal
  5. TTV dalam batas normal
Intervensi yang dilakukan adalah :
  1. Fluid and Electrolyte Management (2080)
1)      Monitor tanda vital.
2)      Monitor hasil laboratorium terkait keseimbangan cairan dan elektrolit seperti penurunan hematokrit, peningkatan BUN, kadar natrium serum dan kalium.
3)      Pertahankan terapi intravena pada flow rate yang konstan.
4)      Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan tetap atau semakin memburuk.
5)      Monitor intake dan output cairan.
6)      Monitor kuantitas dan warna haluaran urin
  1. Fluid monitoring (4130)
1)      Pantau hasil laboratorium berat jenis urin.
2)      Monitor serum albumin dan total protein dalam urin.
3)      Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.
4)      Monitor tanda dan gejala asites.
5)      Timbang berat badan setiap hari
  1. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas teratasi dengan kriteria hasil :
  1. Anak tidak rewel
  2. Anak tidak menangis saat dilakukan tindakan
  3. Anak kooperatif dalam perawatan
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan adalah :
  1. Mood Management (5330)
1)      Kaji perasaan anak tentang hospitalisai.
2)      Kaji persepsi anak tentang hospitalisasi.
3)      Tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ataupun ekspresi klien saat dirawat di rumah sakit.
  1. Therapeutic Play (4430)
1)      Kaji kebutuhan anak tentang bermain yang dapat dilakukan di rumah sakit.
2)      Lakukan pendekatan terapeutik dengan anak.
3)      Rencanakan untuk terapi bermain sesuai dengan kebutuhan anak.
  1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nutrisi pada klien seimbang dnegan kriteria hasil :
  1. Anak tidak mengeluh mual
  2. Keluarga mengatakan nafsu makan anak meningkat
  3. Protein dan albumin dalam batas normal
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :
  1. Nutritiont Management (1100)
1)      Kaji makanan yang disukai oleh klien
2)      Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering, misal dengan mengemil tiap jam
3)      Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien apabila klien kesulitan untuk makan sendiri
  1. Nutritiont Therapy (1120)
1)      Anjurkan keluarga untuk tidak membolehkan anak makan-makanan yang banyak mengandung garam.
2)      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi anak dengan sindrom nefrotik.
  1. c.       Nutritional Monitoring (1160)
1)      Pantau perubahan kebiasaan makan pada klien.
2)      Pantau adanya mual atau muntah.
3)      Pantau kebutuhan kalori pada catatan asupan.
  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat beraktivitas dengan normal dengan kriteria hasil :
  1. Energy Conservation
1)      Istirahat dan aktivitas seimbang
2)      Mengetahui keterbatasan energinya
3)      Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energi
4)      Memelihara nutrisi yang adekuat
5)      Persediaan energi cukup untuk beraktivitas
  1. Activity Tolerance
1)      Saturasi oksigen dalam batas normal / dalam respon aktivitas
2)      Nadi dalam batas normal / dalam respon aktivitas
3)      Pernafasan dalam batas normal / dalam respon aktivitas
4)      Tekanan darah dalam batas normal/dalam respon aktivitas
5)      Kekuatan ADL telah dilakukan
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Activity Therapy (4310)
  1. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.
  2. Berikan periode istirahat saat beraktivitas.
  3. Pantau respon kardipulmonal sebelum dan setelah aktivitas.
  4. Minimalkan kerja kardiopulmonal.
  5. Tingkatkan aktivitas secara bertahap.
  6. Ubah posisi pasien secara perlahan dan monitor gejala intoleransi aktivitas.
  7. Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas.
  8. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy.
  9. Ajarkan pasien tehnik mengontrol pernafasan saat aktivitas.
  10. Kolaborasikan dengan terapi fisik untuk peningkatan level aktivitas
  11. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing, malaise (00214).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan rasa nyaman teratasi dnegan kriteria hasil :
  1. Klien tidak mengeluh lemas
  2. Klien tidak mengeluh merasa pusing
  3. Klien dapat meningkatkan ADL
Intervensi keparawatan yang dilakukan sebagai berikut :
  1. Relaxation Theraphy (6040)
1)      Anjurkan klien untuk bernapas dalam ketika merasa tidak nyaman.
2)      Anjurkan klien untuk beristirahat.
  1. Environtmental Management : Comfort (6482)
1)      Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien.
2)      Berikan posisi yang nyaman pada klien.
3)      Batasi pengunjung saat klien beristirahat.
  1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status cairan, penurunan sirkulasi (00046).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil :
  1. Capilarry refill < 3 detik
  2. Tidak ada pitting edema
  3. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :
Pressure Management (3500)
  1. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan terjadinya tekanan.
  2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
  3. Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.
  4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
  5. Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
  6. Monitor integritas kulit akan adanya kemerahan.
  7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan .
  8. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
  9. Monitor status nutrisi pasien.
  10. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
  11. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder : imunosuprsi, malnutrisi (00004).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
  1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
  2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
  3. Jumlah leukosit dalam batas normal
  4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
  5. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Infection Control (6550)
  1. Pertahankan teknik aseptic.
  2. Batasi pengunjung bila perlu.
  3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan.
  4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
  5. Tingkatkan intake nutrisi.
  6. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
  7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
  8. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
  9. Ajarkan keluarga pasien  tanda dan gejala infeksi.
  10. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.
  11. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual : penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reiko keterlambatan perkembangan dapat teratasi dnegan kriteria hasil :
  1. Anak mampu melakukan kebiasaan sesuai dengan umur.
  2. Kemampuan kognitif anak sesuai dengn usia tumbuh kembang.
  3. Kemampuan motorik anak sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Parent Education : Adolescent (5562)
1)      Tanyakan pada orang tua tentang karakteristik anak.
2)      Diskusikan pola asuh yang biasa dilakukan pada anak.
3)      Monitor perasaan orang tua terhadap anak.
4)      Ajarkan pada orang tua tentang metode komunikasi yang tepat pada anak sesuai dengan karakteristik anak.
  1. Developmental Enhancement : Adolescent (8272)
1)      Informasikan pada orang tua tentang perkembangan anak yang seharusnya telah dipenuhi.
2)      Jelaskan pada orang tua tentang perkembangan yang belum terpenuhi.
3)      Rencanakan untuk kegiatan stimulus perkembangan anak.
  1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria hasil :
  1. Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak.
  2. Klien tampak segar dan tidak mengantuk.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Sleep Enhancement (1850)
  1. Kaji kebiasaan tidur klien selama di rumah.
  2. Kaji penyebab klien susah tidur.
  3. Modifikasi lingkungan yang nyaman agar klien bisa tidur nyenyak.
  4. Batasi pengunjung saat jam klien istirahat.
  5. Anjurkan keluarga untuk mengingatkan klien saat waktu tidur.
  6. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, koping keluarga meningkat dengan kriteria hasil :
  1. Keluarga mengungkapkan kesiapan dalam perawatan anak.
  2. Keluarga menemukan solusi untuk pemcahan masalah yang sedang dialami.
  3. Keluarga kooperatif dalam perawatan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan sebagai berikut :
  1. Counseling (5240)
1)      Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.
2)      Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
  1. Family Therapy (7150)
1)      Kaji sumber kekuatan keluarga.
2)      Kaji persepsi setiap keluarga tentang kondisi yang dialami oleh klien.
3)      Fasilitasi keluarga untuk diskusi.
4)      Berikan informasi mengenai kondisi klien dan tindakan perawatan yang akan dilakukan.
5)      Bantu keluarga untuk mencari solusi.
  1. Emotional Support (5270)
1)      Berikan dukungan emosional pada keluarga dengan memberikan motivasi untuk kooperatif dalam tindakan perawatan.
2)      Informasikan kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
  2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius
  3. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
  4. Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta : Sugeng Seto
  5. Wong, Donna L. 2006.  Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
  6. Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental  Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta
  7. Doengoes, Marilynn E. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan :P edoman Untuk Perencanaan Dan  Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
  8. NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC
  9. Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
  10.  Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ; Mosby.

Senin, 21 Oktober 2013

WASPADAI…..Hamil Anggur,,,





Hamil anggur atau Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.
Tumor jinak mirip anggur tersebut asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi ovum atau sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi plasenta (tembuni) serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.


P E N Y E B A B
Kekurangan asupan lemak hewani dan carotene dapat menjadi faktor risiko.
Faktor risiko pada mola hidatidosa komplet, antara lain:
1.      Usia saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2.      Faktor gizi: defisiensi protein, asam folat, histidin, dan beta karoten.
3.      Etnis: Kaukasus < Mongoloid.
4.      Riwayat Obstetri: pernah mola hidatidosa, gemelli (kembar).
5.      Genetik: balance translocation.

Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga pencetusnya antara lain kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim (dr.Etisa Adi Murbawani)
Sejauh ini penyebabnya masih belum diketahui. Diperkirakan bahwa faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil, dan kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga berada dalam risiko tinggi. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya mola.

G E J A L A
1.      Pada umumnya tanda kehamilan test urine positif hamil. Ibu mengeluh ada bercak perdarahan berulang-ulang bahkan bisa mengakibatkan penurunan kadar sel darah merah ibu (anemia)
2.      Ibu hamil dengan molahidatidosa juga mengeluh mual muntah yang berlebihan bahakan hingga pada kondisi keracunan kehamilan (toksemia gravidarum).
3.      Mual dan muntah ini akibat tingginya kadar hormon HCG (hormon chorionik gonadotropin) dalam tubuh ibu.
4.      Perut ibu semakin membesar tetapi ibu tidak merasakan gerakan-gerakan janin dalam kandungannya. Besarnya perut ibu hamil melebihi besar perut ukuran usia hamil yang seharusnya.
5.      Pada keadaan lanjut, gelembung hamil anggur ikut keluar bersamaan dengan keluarnya darah dari dalam rahim.
Namun demikian memperhatikan gejala-gejala hamil anggur di atas tidaklah cukup. Karena pada keadaan kehamilan dengan kondisi kehamilan kembar, keguguran, dan adanya penyakit keganasan pada ari ari, juga menunjukkan salah satu atau sebagian dari tanda tersebut di atas. Apabila ibu hamil menemukan atau mengalami salah satu tanda tersebut di atas jangan langsung cemas. Periksakan dulu kepada dokter atau bidan. Karena belum tentu hamil anggur.

 

Let’s tahu lebih banyak tentang ASAM URAT…





Ada banyak pertanyaan yang sering diajukan untuk mengetahui apa dan bagaimana tentang gout (asam urat). Asam urat ( gout ) asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).
Menurut tenaga kesehatan kondisi ini disebut hyperuricemia, sedangkan orang awam menyebutnya penyakit asam urat.
Ketika asam urat berpindah dari darah ke salah satu bagian dari sendi tubuh dan berubah menjadi kristal, maka akan terjadi serangan gout.
Jika serangan hanya muncul kadang-kadang, maka disebut dengan serangan gout akut. Sedangkan serangan yang muncul secara reguler dan persisten dinamakan gout kronis.

Setelah tahu apa itu asam urat,kemudian terlitas dibenak kita “Kenapa sich kita bisa terkena asam urat ( gout )?
Penyebab pasti gout masih dalam perdebatan, tetapi pemahaman umum menyebutkan bahwa makanan yang mengandung purin tinggi merupakan penyebab utama gout. Makanan yang mengandung banyak purin diantaranya adalah daging merah, kerang, kacang-kacangan, dan beberapa sayuran tertentu.
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit gout primer dan penyakit gout sekunder.
·         Pada penyakit gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
·         Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein
“Setiap orang dapat terkena penyakit asam urat. Karena itu, kita perlu mewaspadai gejala-gejalanya.”
Mendengar narasi di atas timbul pertanyaan kembali di benak kita, terus apa dong gejala itu?
Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut biasanya bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam. Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari kaki. Hampir pada semua kasus, lokasi artritis terutama pada sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.

Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan.
·         Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya dan sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.
Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.
·         Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.
·         Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

Dari, pejelasan di atas kita bias sedikit tahu tentang asam urat jika ingin mengetahui lebih dalam tentang asam urat silahkan kunjungi http://doktersehat.com/informasi-asam-urat-penyebab-pencegah atau bacalah lebih banyak buku tentang asam urat,,, terima kasih.